Ada satu pertanyaan yang memiliki jawaban berbeda untuk setiap orang; siapa bapak terbaik di dunia?
Jawaban gue jelas bapak gue. Jawaban kalian, tetangga kalian, pasti beda.
Saat akan menonton film ini, gue sudah mewanti-wanti diri bahwa akan menangis dan harus siap dengan kacamata berembun. Dari sinopsis dan reviewnya aja, sudah jelas bahwa film garapan Hanung Bramantyo yang merupakan hasil remake film Korea ini akan memaksa emosi penonton pecah keluar dengan mengangkat isu hubungan anak dengan ayahnya.
Miracle in Cell No. 7 menceritakan kisah hubungan romantis ayah Dodo dan anak perempuannya, Kartika, yang diperankan oleh Vino G Bastian dan Graciella Abigail/Mawar De Jongh. Dodo merupakan seorang penjual balon baik hati dan memiliki keterbatasan mental. Ia seorang diri merawat putri cantiknya sejak ditinggal isterinya meninggal. Suatu hari, Dodo mendapat musibah berupa fitnah yang mengharuskannya masuk penjara dengan hukuman mati. Namun dengan segala upaya, Dodo hanya ingin selalu bersama Kartika, anaknya.
Dodo hanya ingin selalu bersama Kartika, anaknya. Kurang relate apa sama ayah-ayah kita di kampung sana hey?
Saat menonton film Miracle in Cell No. 7, gue malah berasa nonton film indie. Warna dan vibesnya yang disuguhkan selama 2,5 jam kental banget nuansa festival filmnya. Sound-sound yang dipilih di film ini juga jos banget menurut gue. Hanung berhasil narik keluar air mata gue dengan syair Al'Itiraf di dalam film. Gemetar dan rasanya pengen mudik, peluk nenek di kampung.
Di luar teknis film yang menurut gue ok banget, ada hal yang ramai dikritik netizen Indonesia, yaitu soal proses hukum yang dijalankan oleh ayah Dodo untuk memperjuangkan keadilan. Kata orang prosesnya nggak tepat dan nggak sesuai sama aturan di lapangan. Menurut gue, itu nggak masalah.
Ya, namanya juga film. Ada beberapa hal yang nggak perlu sesuai dengan dunia nyata.
Ayah Dodo dibantu oleh beberapa napi dalam sel dan kepala sipir (Denny Sumargo) berusaha untuk membuatnya bebas dan membuktikan kalau dia nggak bersalah. Alih-alih memilih hal itu, Dodo malah memilih tetap mendapat hukuman dan memastikan bahwa Kartika selamat. Di kacamata Kartika, ayahnya jahat karena nggak pengen ketemu dia lagi.
Persis apa yang dilakukan ayah kita, kan?
Ayah mati-matian melakukan apa pun untuk membuat anaknya aman dan bahagia. Meskipun kadang, dari point of view kita, yang ayah lakukan menyebalkan.
Di tengah-tengah film, gue jadi inget banyak hal yang bapak gue lakukan untuk kebahagiaan gue sejak kecil sampai sekarang. Air mata gue netes beberapa kali bukan karena filmnya. Melainkan karena pikiran gue di rumah, di momen-momen dimana gue mendapati bapak melakukan hal-hal untuk membahagiakan gue, tapi gue nggak menghargai hal itu karena gue nggak melihatnya langsung.
Gue sadar, terlalu banyak momen dimana gue melewatkan ucapan "terima kasih" atas usaha yang bapak lakukan.
Gue membayangkan andaikan hidup gue adalah sebuah film bioskop dan gue adalah penontonnya, gue pasti akan melihat banyak hal baik yang bapak lakukan, seperti apa yang dilakukan ayah Dodo ke Kartika tanpa dilihat oleh Kartikanya sendiri.
Hal-hal kecil yang bapak lakukan seperti memotong rambut gue dengan model-model lucu (paling favorit memotong poni gue selurus penggaris besi), menjahitkan gue pakaian dengan mesin jahit andalannya, membelikan alat musik tiup pianika merek Yamaha secara mendadak untuk kelas seni musik saat gue SD, tiba-tiba muncul di kepala saat gue menonton film ini.
Lagi-lagi gue gagal menahan air mata untuk nggak jatuh.
Vino G Bastian berhasil memerankan sosok ayah yang mencintai anaknya meskipun dengan segala kekurangan yang ia miliki. Sosok ayah Dodo juga berhasil membawa gue dan penonton lainnya melempar jauh pikiran masing-masing ke rumah dan membayangkan jika yang ada di layar bioskop itu adalah ayah kita yang sudah melakukan apa pun untuk anak-anaknya.
Film ini cocok ditonton bareng keluarga karena akan membuat kita bermuhasabah bersama. Film ini kurang etis ditonton bersama gebetan karena keluar dari bioskop, muka kalian pasti akan sedikit berantakan karena mata sembab.
Buat yang belum nonton, gih tonton! Ajak ayah kalian, pegang tangan ayah kalian saat nonton film ini. At least, dia tau kalau anaknya sayang sama dia.
-
Akhirnya gue nulis lagi setelah sekian lama. Thank you yang udah baca sampai selesai. Komen yuk, gimana pendapat kalian tentang film Miracle in Cell No. 7 ini atau cerita tentang pengalaman bersama ayah juga boleh!
Follow instagram gue di @farihikmaliyani dan mampir ke YouTube gue yaa!
0 komentar:
Posting Komentar