30 Agustus 2015

0

Ini Hati

Perkara hati, semua manusia punya hati. Tanpa hati, manusia tidak akan punya cinta. Sejak dia pertama kali menangis saat lahir, dia dilahirkan oleh cinta dari sang ibu. Tanpa cinta, ibu tidak akan mampu mengandung calon manusia yang lain selama lebih dari 270 hari. Membawa-bawanya ke pasar, ke toilet, tanpa semenit pun ia tinggal. (ya kali perut bisa ditaro dulu di meja).

Jika memang manusia punya hati, seharusnya semua manusia bisa memperlakukan hati dengan benar. Hatinya sendiri maupun hati orang lain.

Ini hati bukan Dufan, bukan tempat buat main-main.

Ini hati bukan Gojek, yang kamu hubungin cuma pas butuh aja.

Ini hati bukan twitter, yang bisa kamu unfollow kapan aja.

Ini hati bukan karpet, yang bisa kamu gulung gitu aja.

Ini hati bukan rumput lapangan futsal, yang bisa seenaknya kamu injek-injek.

Ini hati bukan sate, yang seenaknya bisa kamu tusuk-tusuk.

Ini hati bukan martabak, yang seenaknya bisa kamu bolak-balik.

Ini hati bukan samsak tinju, yang bisa kamu tonjokin gitu aja.

Ini hati bukan piring plastik, yang gak bisa pecah meskipun kebanting.

Ini hati bukan bubur ayam, yang bisa kamu aduk-aduk.

Ini hati bukan TV, yang bisa kamu matiin sesuka hati.

Ini hati bukan kamar kos, yang kalau kamu bosen bisa kamu tinggalin dan pindah gitu aja.

Ini hati bukan struk indomaret, yang dengan gampang kamu buang.

Hatiku hampir sama seperti gelas kaca. Kamu jatuhkan, kemudian pecah. Kamu ucap maaf, tidak akan pernah bisa kembali seperti semula. Ya beda sih, kalau kamu pakainya gelas plastik murahan...

Silakan masuk atau kamu boleh keluar. Tapi tolong jangan berdiri di tengah-tengah hatiku, karena kamu akan menghalangi orang lain untuk masuk. nah. jleb. nusuk.

Punya hati kan? Bisa dong, memperlakukan hati orang lain seperti memperlakukan hati sendiri. cheers!!


0 komentar:

Posting Komentar

Teman