11 Desember 2018

8

Life is Walking -Ploy-

Move on adalah seni bertahan hidup tingkat dewa. Nggak semua orang bisa melewati ini dengan sempurna. Beberapa berhasil dan bertahan hidup, sementara beberapa lainnya mati sia-sia ditelan drama.

Mengenai move on, gue bukan jagonya. Jelas. Nggak usah ketawa.

Maka dari itu, mengenai move on ini, gue dapat ceramah singkat dari teman di Thailand, namanya Ploy. Analogi yang dia kasih mampu bikin gue senyum-senyum sendiri dan bergumam, "iya juga ya. Hidup memang seperti itu."

Alasan kenapa gue tanya soal move on ke Ploy adalah simpel: dia berhasil move on dari mantan pacarnya yang pacaran selama 7 tahun. Mantannya ini bukan cowok miskin muka pas-pasan hoby karokean, bukan. Mantannya dari keluarga kaya di Thailand dan serius ngajak Ploy ke pelaminan. Nggak tanggung-tanggung, mereka putus setelah si cowok selingkuh di depan mata si Ploy dan nggak lama kemudian dia nikah dengan si selingkuhan. Padahal keluarga dan teman-teman mereka saling kenal dengan baik satu sama lain.

Gue bayangin jadi Ploy rasanya mau mimisan.

Setelah itu Ploy pacaran dengan bule-bule. Ada yang LDR, ada yang memang tinggal di Thailand. Sampai akhirnya, sekarang Ploy berstatus pacar bule Jerman.

"How could you move on from your ex?" Gue tanya lewat telfon siang itu. "It must be so hard, bro."

"Yes, it was".

Ploy cerita panjang lebar dan gue cuma menimpali "really? OMG! WTF! What!?" sesekali. Memang gue tidak semutu itu gais ketika mendengarkan curhatan orang.

Dan di akhir Ploy bilang, "bro, life is walking. Sometimes we find a house and fall in love with the owner of that house. If they love us too, they will allow us to stay for long time. If they don't love us, they will kick us out and let us sit in front of the house, like a dog."

sumber: www.flickr.com
Makjleb. Mau mimisan.

"I don't wanna be a dog. I don't wanna just sit in front of the house that closed for me. I have to keep walking."

Makjleb. Mimisan beneran.

Gue cuma diem. Buka google translate, bingung mau jawab apa.

"Don't be a dog bro. You have to keep walking. Maybe you will find a better house that you can stay in for long time."

"If the owner of the next house doesn't like us too?"

"Just keep walking until you find the fit one for you to stay forever." Ploy memberi jeda. Gue bernapas. Mimisan lagi. "Believe, someday we will find a fit house for us. But we don't know which one yet."

Gue mulai paham.

Ploy melanjutkan,"who knows about the next house? The next people? We don't know about the new people we will meet there."

"But, it isn't easy to walk and leave the house that we love, right?" Gue kepo.

"Yes. It is not easy. But what can we do if they close the door? Would you just sit in front of the door like a dog?"

...

"No, bro."

"So, just keep walking. That's what I did."

Gue tertegun. Ada keheningan di antara gue dan Ploy untuk beberapa saat.

Gue memecah keheningan, "you are strong bro. I can't imagine if I were you."

Saat itu juga gue kagum. Sebelumnya, gue nggak pernah ngerti kalau apa yang sudah dilalui Ploy sesulit ini.

Kemudian gue tanya lagi, "what if they change their mind? Would you go back to the previous house?"

Ploy tertawa.

Teman