16 Januari 2018

11

Lima Film Keren 2017

Sebagai mahasiswa yang bersahabat dengan kemelaratan, jelas, gue jarang banget ke bioskop di tahun 2017. Nonton film di bioskop terasa sangat mahal ketika uang jajan habis buat ngeprint tugas akhir dan segala tetek-bengeknya. Tapi beberapa kali, entah karena sedang memiliki uang atau memaksakan diri terlihat memiliki uang, gue nonton film ke bioskop.

Tapi, jaman now, nonton film nggak harus ke bioskop kan? hehe.

Gue ingat, di awal tahun 2017 gue bikin tulisan tentang filmIndonesia 2016 yang paling berkesan. Sekarang masuk 2018, rasanya kurang enak kalau gue nggak bikin tulisan tentang film berkesan di 2017. Tapi kali ini nggak cuma film Indonesia yang bakal gue tulis, film luar juga. So, here they are!


Pengabdi Setan

Film garapan Om Joko yang satu ini emang juara sih. Selain mendapat prestasi dimana-mana, film ini juga sudah melalang buana ke luar negeri dengan judul internasionalnya 'Satan Slave'. Film horor tanpa tetek beterbangan ini istiqomah bergenre horor, bukan horor setengah bokep.

Banyak temen bilang kalau film Pengabdi Setan bagus tapi endingnya jelek. Sedangkan gue malah suka endingnya. Ending kentang-nggak jelas-nggak nyambung-ngeselin gitu, malah bikin greget.
Pengabdi Setan adalah film reboot dari film jadul horor terbaik tanah air dengan judul yang sama. Joko Anwar berhasil membawa penonton ke apa yang dia rasakan saat dulu menonton Pengabdi Setan versi tahun 1980.

Btw, gue sudah mereview film Pengabdi Setan ini di sini. Jadi, langsung klik aja buat baca.

Kartini

Setelah film R.A Kartini (1984) dan Surat Cinta Untuk Kartini (2016), Kartini tampil lagi di layar lebar tahun 2017 dengan judul Kartini. Kali ini pemeran utamanya adalah Dian Sastriwardoyo. Gue nonton film ini di bioskop waktu itu karena tertarik dengan trailernya.

Film garapan Hanung Bramantyo ini menceritakan tentang kehidupan sang pahlawan dari bagaimana ia dibesarkan, berjuang melawan adat yang menurutnya itu salah, dan akhirnya harus menyerah pada nasib.

Hasil riset bapak sutradara bertahun-tahun hingga harus ke Belanda segala, terbayar. Film Kartini ini menurut gue lengkap dan cara penyampaiannya juga enak. Penokohan, latar, segala macamnya itu, dibuat kongkret menggambarkan situasi Kartini sebenarnya.

Jujur, gue suka film ini salah satunya karena film ini dibanjiri oleh aktor-aktor top Indonesia: Christine Hakim, Acha Septriasa, Dian Sastrowardoyo, dan idolaqu Reza Rahadian. Tambah lagi ada Djenar Maesa Ayu ikutan main. Beeeeeh! Greget banget! Berasa nonton reuni aktor.

Kalau kalian pecinta film genre biografi gini, kudu nonton film ini deh. Nggak nyesel.

Bad Genius

Gue sebenarnya bukan pecinta film Thailand. Tapi film ini beda dari film-film Thailand lain dan bikin gue jatuh cinta!

Ide dan alur cerita film Bad Genius unik. Film garapan Nattawut Poonpiriya ini mengangkat cerita tentang aksi curang sejumlah murid SMA saat ujian masuk kuliah skala internasional yang terorganisasi dengan baik. Otaknya adalah Lynn, siswi yang sangat cerdas tapi kurang mampu secara ekonomi. Karena diiming-imingi uang yang besar, akhirnya Lynn mengiyakan tawaran Pat dan Grace untuk memberi contekan. Awalnya kongkalikong contekan itu berskala kecil, lama-lama membesar.

Film yang bergenre thriller ini mampu meraup untung lebih dari 100 juta baht dalam 2 minggu penayangannya. Rekor baru di dunia film Thailand. Banyak penghargaan internasional yang diborong film dengan alur twist ini, salah satunya New York Asian Film Festival.WEW.

Yang bikin gue suka sama film ini selain ide dan alurnya adalah cerita di film itu sendiri. Gue nggak kepikiran ngasih contekan teman pas ujian seberkelas itu, gengs. Kalau gue, nyontek jawaban ujian masih dengan cara tradisional: nengok kanan nengok kiri. Nggak kepikiran secerdas Lynn.

Film Bad Genius ini amat sangat di luar ekspektasi pokoknya. Bagus banget! Kapan-kapan gue mau ngomongin film ini di satu postingan sendiri ah...

IT

Film sejuta umat seantero dunia ini beberapa bulan lalu menggemparkan jagad. Dimana-mana orang banyak ngomongin film IT. Instagram, facebook, twitter, ramai film IT. Sampai sekarang badut dan goyangan khasnya masih hits.

Film yang diangkat dari novel Stephen King ini disutradarai oleh Andy Muschietti dan diproduseri oleh Roy Lee, Dan Lin, Seth Grahame-Smith, David Katzenberg dan Barbara Muschietti. Gue nonton film ini karena dibahas dimana-mana dan reviewnya positif, sih. Film dengan anggaran $35 juta ini mampu menembus pendapatan $698,060,882. Gila.

Film yang mengangkat latar tahun 1988 ini menceritakan kisah Bill Denbrough yang kehilangan adik laki-lakinya Georgie saat si adik bermain perahu kertas di waktu hujan. Nggak jelas si adik ini hilangnya kemana dan masih hidup atau nggak. Kejadian anak hilang di Kota Derry sudah berkali-kali terjadi. Bill dan 4 temannya gemas dengan kejadian ini dan akhirnya mencari apa penyebab sebenarnya kasus hilangnya anak-anak di kota mereka. Ternyata pelakunya tidak lain tidak bukan adalah badut nggak lucu bernama Pennywise.

Di luar banyak yang ngomong gara-gara film ini pamor badut menurun dan anak-anak jadi takut sama badut, film ini cocok ditonton buat kalian yang suka film horor. Nggak terlalu nyeremin sih kalau menurut gue, tapi ceritanya bagus. Nggak ketebak. Gue suka.

Blue is the Warmest Color

Sebagai bonus, gue masukin disini film tahun 2013 tapi gue tonton di tahun 2017, Blue is the Warmest Color. Film Perancis bergenre romance yang super keren bin ajaib. Butuh waktu 2 hari buat gue menonton film lesbian berdurasi 3 jam ini. Hahaha.

Judul Perancisnya La Vie d'Adèle (artinya kehidupan Adele). Adele adalah nama pemain utama di film ini. Diperankan oleh Adèle Exarchopoulos, Adele sukses bikin gue jatuh hati sama perannya. Lawan mainnya juga cakep, namanya Emma, diperankan oleh Léa Seydoux.

seksi banget ini posenya
Film Blue is the Warmest Color menceritakan kisah pencarian jati diri seorang siswa bernama Adele dan akhirnya hatinya jatuh ke seorang perempuan berambut biru bernama Emma. Mereka menjalani hidup berdua dengan baik-baik saja hingga nggak jelas apa penyebabnya, keduanya mulai berubah. Sikap dan perilakunya berubah sedikit demi sedikit. Puncaknya, Adele selingkuh dan Emma nggak bisa terima itu. Sinetron banget ya kayaknya. Tapi film ini beneran keren. Ada maksud tersirat yang diceritakan. Apalagi kalau kalian memperhatikan perubahan warna rambut Emma.

Bagian yang gue suka dari film ini adalah ketika Adele menari asik dengan lagu soundtrack film tersebut: I Follow Rivers. Gue jatuh cinta!

Menurut gue ide film Blue is the Warmest Color biasa aja, tapi penyampaiannya yang wow. Kesan yang gue terima setelah nonton film ini mirip yang gue rasain setelah nonton film HER. Apa yang mau disampaikan film pemenang Canes Festival ini nggak gampang dipahami, tapi tersirat. Keren lah pokoknya.

So, itu dia lima film yang gue tonton di 2017 dan berkesan. Kalau kalian, film yang berkesan di 2017 apa aja?

Btw, gue jarang blogwalking akhir-akhir ini karena masih KKN di desa terpencil yang cari sinyal susah. :(

7 Januari 2018

4

Talking About 2017


Setiap hal yang datang dan pergi pasti meninggalkan bekas. Termasuk tahun. Ya, tahun 2017 sudah pergi hampir seminggu. Tapi bekasnya masih tersisa disini, sampai sekarang.


Agak berat sebenarnya melepas tahun 2017 dan berlanjut ke tahun berikutnya. 2017 terlalu cantik buat gue. Tapi bukannya manusia memang dituntut untuk melajar berkenalan dan melupakan?

Hahaha, belum apa-apa sudah ngaco.

Tahun 2017 mengajarkan gue banyak hal. Mengajarkan gue buat mengerti hidup yang lebih baik, mengajarkan untuk berdamai dengan diri sendiri ketika kenyataan tidak sesuai ekspektasi, dan mengajarkan untuk memilih orang-orang yang tepat sebagai teman, bukan orang-orang yang hanya mencari untung tanpa mau rugi.

Harusnya semua hal itu bukan hanya gue temui di 2017, sih. Tapi itu yang signifikan gue rasain di 2017. Tahun drama.

Gue kehilangan kakek di tahun 2017. Yang paling gue ingat dari beliau adalah wejangannya tentang hidup. Beliau bilang, "kejar akhirat aja. Inshaallah dunia ngikutin." Sampai sekarang belum bisa 100% gue praktekin.

Gue kehilangan beberapa teman juga di tahun 2017. Awalnya sedih, bahkan sampai ganggu pikiran. Tapi lama-lama gue sadar, nggak semua yang hilang itu pantas untuk ditangisi. Beberapa hal bahkan lebih baik menjauh dari hidup kita. Apalagi ada teman yang bilang, "makin tua itu teman makin sedikit.". Gue setuju.

Ini hal drama banget sih. Sudah segede ini, sebentar lagi punya gelar sarjana, tapi masih marah-marahan sama teman sendiri. Bukan dengan mudah berdamai, malah sampai sekarang silaturahmi nggak sebaik sebelumnya.

Nggak dewasa.

Yang paling gue banggakan dari 2017 adalah gue bisa naik pesawat ke luar negeri! Hahaha. Norak. Tapi gue bangga. Meskipun nggak sepenuhnya pakai duit gue sendiri. Gue senang ketika bertemu banyak teman baru dari berbagai daerah di Indonesia dan Thailand. Mereka datang dengan cerita masing-masing yang pada akhirnya membuat gue lebih dewasa.

Gue berterimakasih, 2017 berhasil membawa gue ke beberapa tempat untuk traveling. Itu memberikan gue semangat untuk makin banyak traveling. Dengan itu juga, gue bikin travel blog yang (recananya) bakal rutin gue tulis soal jalan-jalan.

Hmmm... Apalagi ya?

2017 is too hard to be told.
Dan untuk 2018, semoga gue bisa jatuh cinta ke lo ya, lebih dalam daripada tahun 2017.

Semoga semua hal makin baik untuk kita semua. Semoga semua jiwa makin mendewasa dan beruntung. Jangan lupa juga bahagia. Happy new year!

So,
Tahun 2017-mu gimana?

Teman