16 Oktober 2017

12

[Review Film] Pengabdi Setan - Joko Anwar

Sekali lagi, ngomongin film horor Indonesia sama dengan ngomongin film bokep. Gue selalu pesimis dan punya stereotipe negatif kalau lihat poster film horor Indonesia di bioskop.

"Halah. Paling juga isinya suster keramas atau suster mandi wajib."

Akhirnya gue nggak pernah mau nonton film horor Indonesia lagi.

Tapi stereotipe itu tanggal 3 Oktober kemarin terpatahkan. Setelah sekian lama nggak nonton film horor Indonesia (kayaknya yang terakhir film Badoet deh), akhirnya gue nonton juga dan literally impressed with that movie. Yap, film Pengabdi Setan, karya Joko Anwar.

Awalnya gue sama sekali nggak tertarik dengan judul film Pengabdi Setan. Gue pikir alay, nggak kekinian, nggak jaman now, terus paling isinya tetek-tetek nggak jelas. Cuma nama 'Joko Anwar' yang bikin gue agak penasaran. Film pendek horor Grave Torture (Silent Terror) menjadi film yang bikin gue jatuh cinta sama si om lulusan Teknik Penerbangan ITB ini dan membuat image "sutradara film horor" secara nggak sadar nempel di kepala gue. Tiap denger nama "Joko Anwar", ingetnya setan.

Masa iya Joko Anwar bikin film horor ada teteknya? Nggak mungkin. Pasti ini film bagus.
Pikir gue.

Ditambah lagi temen gue bilang, "Rih, lo harus nonton Pengabdi Setan! Harus! Filmnya keren banget!"


Film Pengabdi Setan (2017) adalah film re-make (Joko Anwar lebih suka bilang 'reboot') dengan judul yang sama di tahun 1980. Film Pengabdi Setan tahun 1980 garapan almarhum Sisworo Gautama Putra sukses menjadi film horor terbaik di masa itu dan berhasil menembus pasar film Internasional. Nggak heran sih, karena Sisworo Gautama Putra menurut gue emang spesialis film horor. Lebih dari 12 judul film horor sukses disutradarainya. Termasuk beberapa film Suzana.

Film Pengabdi Setan tahun 2017 dan 1980 memiliki premis yang sama: seorang ibu meninggal kemudian arwahnya datang kembali meneror rumah dan keluarganya untuk satu tujuan. Makanya tagline film ini "Ibu datang lagi".

Pengabdi Setan 2017 menceritakan tentang sebuah keluarga yang mengalami krisis ekonomi setelah sang ibu (Ayu Laksmi) jatuh sakit kemudian meninggal. Keempat anak yang ditinggalkan yaitu Rini (Tara Basro), Tony (Endy Arfian), Bondi (Nassar Anuz), dan anak terakhir Ian (M. Adhiyat). Ibu sebelum sakit adalah seorang penyanyi terkenal di tahun 1980an dengan lagu hitsnya berjudul Kelam Malam. Setelah ibu meninggal, banyak kejadian aneh dan misterius yang terjadi pada keluarga ini. Sampai pada akhirnya mereka menyadari bahwa hal-hal aneh yang terjadi di rumah mereka berhubungan dengan rahasia sang ibu semasa hidup.

Meskipun memiliki premis yang sama, Joko Anwar membuat banyak perbedaan dalam film ini secara teknis dan penyampaian cerita. Misalnya; Pengabdi Setan 1980 tidak menceritakan hubungan anak dengan ibu sebelum meninggal. Scene awal langsung pemakaman sang ibu. Sedangkan 2017 diceritakan dulu bagaimana kondisi sang ibu ketika hidup dan bagaimana hubungannya dengan anak-anaknya.

Untuk teknis, jelas Pengabdi Setan 2017 lebih bagus daripada 1980. Teknologi sudah makin canggih, men. Gue paling suka scene ketika Hendra (Dimas Aditya) wajahnya terseret di atas aspal. Kayak asli. *spoiler*

Menonton film Pengabdi Setan, 107 menit mata gue dimanjakan dengan gambar, warna, dan nuansa kuno yang berhasil Joko Anwar bangun. Kesan tahun 1980an sukses digambarkan dengan baik didukung oleh pernak-pernik seperti jam dinding tua, sumur, telpon rumah, dan motor butut milik Tony. Rumah kosong di Pengalengan, Bandung peninggalan jaman Belanda juga berhasil menjadi ikon utama yang menunjukan kalau cerita di film ini memang terjadi 37 tahun yang lalu. Rumah kuno ini dan segala interiornya bikin gue lupa kalau lagi nonton film Indonesia. Artistiknya gue acungin jempol 4.

Gue bukan orang yang gampang takut dan teriak-teriak ketakutan kalau nonton film horor. Tapi Pengabdi Setan sukses bikin gue deg-degan di bagian awal. Jujur sebelum nonton, gue sudah punya mindset kalau film ini bakal ngeri. Bayangin aja, yang jadi setan ibunya, cuy. Kurang ajar. Sutradara durhaka. Dan beberapa aktifitas yang dekat denga kehidupan gue bikin gue makin masuk ke dalam film. Pemakaman, pocong, kuburan ala Indonesia, tahlilan, sumur tua, semua itu ada di kehidupan asli gue.

Menembus 2 juta lebih penonton hanya dalam 13 hari tayang, Pengabdi Setan masih punya beberapa 'miss'. Beberapa adegan banyak yang nggak nyambung. Aksen bahasa yang digunakan para pemain juga terkesan maksain. Bahasa yang digunakan Bondi dan Rini, nggak cocok. Bapak (Bront Palarae) yang diperankan aktor Malaysia juga kaku dalam berdialog.

Karakter para tokoh kurang kuat digambarkan. Tokoh yang berhasil dibangun cuma Ian, si anak bontot tuna rungu yang menggemaskan dan memberi sentuhan komedi di film ini.

Adegan yang bener-bener bikin gue bingung adalah ketika bapak bilang nggak mau tidur tiba-tiba muncul di layar doi sudah tidur pules aja. Itu...nggak nyambung.

Mulai masuk ending, kengerian film ini mulai berkurang. Setannya dan cara setan itu muncul jadi standar. Klimaksnya malah menurut gue di bagian munculnya Fachry Albar, scene paling terakhir. Beberapa penonton di sekitar gue bilang "apaan banget itu (scene Fachry) nggak nyambung. Bikin jelek." Tapi menurut gue malah itu yang bikin "anjir ini film kampret! Keren!".

But, over all, gue suka film Pengabdi Setan ini. Plotnya, sinematiknya, konsep ceritanya, joss. Untuk kelas film horor Indonesia, Pengabdi Setan ini bisa dibilang keren banget, bisa disejajarkan dengan film The Conjuring lah. Dan yang paling penting, Joko Anwar berhasil bikin gue nggak negative thinking lagi sama film horor Indonesia.

Film Badoet dan Pengabdi Setan, gue rasa bakal jadi titik balik dan titik sadarnya produser atau sutradara film horor Indonesia bahwa: bikin film horor nggak harus ada sentuhan bokepnya.

Gue bakal terus menunggu karya-karya cerdas sutradara film horor Indonesia macem Pengabdi Setan ini. Joss!!

Anyway, gue mulai nulis ini sejak setelah nonton film Pengabdi Setan dan baru hari ini terposting. Sedih. :')

12 komentar:

  1. Wkakakaka bawa-bawa kalimat film bokep. Alhamdulillah film horor sekarang udah pada tobat ya, Rih. Yang dulunya nonjolin tetek, sekarang nonjolin jumpscare.

    Aku suka Iaaaaan. Ngegemesin yak. Di saat pada memuja si Bapak, aku malah memilih jadi pengabdi Ian si anak !@#$$I#I# hehehe. Oh iya, aku setuju juga sih dialog mereka yang rada kaku. Pake "kau" gitu kan. Mungkin buat nunjukin nuansa jadulnya kali yak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Cha. Sebuah peningkatan lah ya.

      Setiap mereka berdialog dengan kata "kau", aku malah ingetnya orang batak coba..

      Hapus
  2. Harus nonton juga nih.. Thanks infonya gan.. Sukses terus.!

    BalasHapus
  3. Keren review-nya. Lihat video-video ketegangan para penonton di bioskop juga seru kayaknya. Jadi penasaran, belum nonton.

    BalasHapus
  4. Gua udah nonton badut tapi yang ini belum. Jujur gua dongkol karena tiap mau nonton kehabisan tiket mulu haha

    BalasHapus
  5. Sampai sekarang belum nonotn ini film, padahal penasaran banget. Syedih :(

    BalasHapus
  6. Banyak banget yang bilang bagus, ya. Tapi gue tetep milih nggak nonton karena takut sama film horor. Males sumpah ditakut-takutin gitu. Apalagi gue anaknya suka kebawa mimpi.

    Terakhir nonton horor kayaknya film Munafik. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue pikir tampang kayak elo doyan film horor Yog. :|

      Hapus

Teman