25 September 2015

30

Makin Tua, Hidup Makin Nggak Asik


Makin tua, hidup makin nggak asik. Itu adalah kalimat kampret paling bener dan paling gue benci, seumur hidup. Gue pengen mengelak, tapi kalimat itu nggak salah.

Dulu, pas masih kecil, Idul Adha adalah salah satu hal yang ditunggu-tunggu. Seneng banget rasanya bisa godain, nanyain kabar, say hi, dan ngasih makan kambing-sapi di depan rumah yang dicancang buat disembelih keesokan harinya. Bahkan kegiatan sesadis dan sesepele -menyembelih hewan kurban- aja rasanya asik dan nggak mau ketinggalan. Atau paling absurd lagi: bercandain temen pake jokes 'kayak kambing'.

Jokesnya gini : misalnya gue punya temen namanya Tejo.

Gue : (deketin kambing) Tejo kayak??
Kambing : Embek...
Sekomplek : Hahahahaha...

Krik krik...
Garing.
Tapi percayalah, guyonan itu lucu pada waktu dulu.

Beda banget sama sekarang. Tahun ini, tepatnya kemarin, saat Hari Raya Idul Adha gue cuma diem di kamar kos, sendirian. Cuma ditemenin tv yang nayangin film animasi Upin Ipin. Semakin miris ketika gue sadar akan satu hal : Upin Ipin hidupnya rame, asik. Cerah ceria setiap hari. Mereka masih kecil, mereka hidup bodo-amat yang penting seneng-seneng sama temen, yang mereka tau adalah main, main, dan seneng. Udah.

Gue bisa aja pulang kampung, ngerayain Idul Adha di rumah bareng keluarga. Tapi hari Jumat masih tetep ada kuliah, jadi nggak bisa pulang kampung dulu. Dan ada perkataan temen gue yang bikin gue sadar akan hal "Makin tua, hidup makin nggak asik".

Gue : Gue pengen pulang ah. Pengen liat kambing disembelih.
Temen : Yaelah alay banget ngeliat kambing disembelih sampe pulang kampung segala.
Gue : ...

Makin tua, hidup makin terbatas. Makin tua, makin banyak aturan. Makin tua, hal sepele yang nyenengin dikatain alay.

---

Gue sedang duduk di kereta api kelas ekonomi sore ini. Bau keringat penumpang di sebelah jadi parfum pengharum. Berisiknya obrolan penumpang sebelah jadi latar belakang musik mengiringi perginya matahari ke ufuk barat. Nggak banyak yang bisa dilakuin. Kegiatan yang paling lumayan hanya menjadi saksi matahari tenggelam dan menulis isi pikiran di blog ini. Suntuk.

Diantara berisiknya suara di dalam kereta, terdengar lagu anak-anak dinyanyikan. Suara khas anak-anak. Dua anak. Keras, percaya diri, lantang. Tidak peduli dengan yang lain. Setelah lagu Naik Kereta Api selesai, mereka tertawa lepas. Kemudian lanjut ke lagu-lagu yang lain tanpa ada jeda.

Seketika itu juga kalimat pertama dari tulisan ini menggema lagi.

Makin tua, hidup makin nggak asik.

Gue pengen kayak mereka. Bernyanyi sesuka hati, bahagia naik kereta, tertawa lepas melihat pantai utara pulau Jawa. Gue pengen kayak mereka.

Tapi coba kalo gue nyanyi-nyanyi sendiri kenceng dengan suara false di kereta kayak gini? Bukannya bahagia malah dikeroyok massa. Dibilang ganggu kenyamanan penumpang lain atau paling ringan; mendapat tatapan sinis penumpang lain.

Gue masih terus memandang matahari yang mulai tenggelam dari balik jendela kereta. Lagu anak-anak itu masih terus dinyanyikan. Sekarang malah semakin kencang. Seakan nggak peduli dengan wajah-wajah lelah orang dewasa di sekitarnya, wajah-wajah rindu masa bahagia waktu kecil, anak-anak itu terus bernyanyi.

Btw, Selamat Ngerayain Idul Adha, ya.

Picture : https://horrorpediadotcom.files.wordpress.com

23 September 2015

18

(like) A New Blogger

Jika blog adalah sebuah rumah, maka blog gue ini adalah rumah tua yang sedang direnovasi. Gue harus membersihkan rumah yang udah ditinggalin selama bertahun-tahun ini biar bisa ditempatin lagi. Banyak sampah, properti nggak tertata rapi, atap bolong, sarang tawon dimana-mana, gembel boker seenaknya di header, dan praktis nggak ada orang yang sudi bertamu kesini. Sepi. Terabaikan. Udah susah ngebedain blog ini sama WC umum di pemukiman kumuh.

Setelah beberapa waktu yang lalu mulai tertarik ngeblog lagi, gue jadi rajin blogwalking. Gue main ke blog-blog yang menurut gue enak dibaca, nggak bikin mata rabun. Tulisannya rapi, nggak b3r4nTakHand. Gue jalan kesana-kesini buat nyari inspirasi mendisain ulang blog tua ini biar like new lagi.

Sambil blogwalking, dari beberapa hari yang lalu gue juga sibuk benerin disain blog. Gonta-ganti template nggak jelas. Nggak ada yang cocok sama apa yang gue pengenin. Pengen yang backgroundnya warna putih, takut dikatain keputihan. Pengen teges pake background item, takut dikira peralihan situs primbon.com. Pengen yang warna-warni ceria, takut disangka website Paud Bunda Bahagia. Serba salah kan, Raisa.

Akhirnya gue menemukan template ini. Template yang datar, enak diliat, dan nggak susah ngeditnya. Pelan-pelan gue ubah disain template ini dari yang asli gue download, biar sesuai sama keinginan gue.


Gue masih terus blogwalking, main ke blog-blog bagus. Gara-gara sering blogwalking, gue jadi tau tata krama main blog gimana, gue sekarang lebih tau dunia blog itu kayak apa. Gue yang dulunya cuma tau ngeblog itu asal nulis aja, sekarang lebih tau banyak. Blogger itu harus blogwalking lah, komen di blog orang lah, bikin blog responsive lah, dan lain-lain. Gue berasa ngeblog yang sebenarnya itu sekarang, bukan yang dulu.

Blogwalking membuat gue melek akan blog. Sedikit banyak gue tau beberapa aliran blog. Aliran brondong? Arisaaan kalik! Ada blog yang alirannya sedih-sedih, ada blog yang gokil, ada blog yang show off the passion, macem-macem. Belajar dari situ gue jadi mikir, aliran blog gue ini apa ya? Melihat dari tulisan gue yang berantakan dan kesannya bodo-amat-dah-ah-yang-penting-nulis, gue jadi namain aliran blog ini adalah absurd personal blog. blog pribadi yang nggak jelas. Oke. Nggak jelas. Jadi gue bebas nulis apa aja disini. Jadi maaf kalo absurb, yang penting asik. HEHE.

Template ini mungkin nggak selamanya. Seiring berjalannya waktu, siapa tau nanti gue jadi jago koding, gue bikin template yang lebih bagus. Terimakasih buat temen-temen bagu gue sesama blogger. Semoga blog kalian terus menginspirasi like new blogger kayak gue ini dan semoga kalian nggak bosen buat baca blog gue. Buat kalian yang ingin berteman, bisa tukeran link blog juga di sini.

Gue belum paham cara join ke komunitas blogger dan ngefollow blog orang. Seiring berjalannya waktu juga, gue bakal belajar cara tukeran follow blog orang, saling mempromosikan blog, dan gabung ke komunitas blogger. Buat yang bersedia ngajarin, gue berterimakasih banget. Hehehe.

Sekian deh curhat absurdnya soal renovasi blog baru. Gue masih sibuk terus ngerenovasi nih. Disainnya mau gue bikin se-gue mungkin dan tulisannya bakal terus gue perbaikin biar gue punya pembaca. Aamiin. Oh iya btw, gue baru aja upload video baru di youtube. Tonton ya...



Itu sebenernya video lama, video dokumentasi pribadi keluarga pas ngerayain Idul Fitri kemaren. Baru sempet gue upload karena laptop diservice mulu. Enjoy ya nontonnya. Buat hiburan kecil lah. Jangan lupa subscribe ya! :)

13 September 2015

8

Their Feelings, Our September Sadness #PrayForMakkah

Udah nonton berita hari ini belum? Berita kecelakaan yang terjadi di Mekkah dan menewaskan ratusan jamaah haji.

Berita ini langsung jadi headline news dimana-mana. Sebuah alat berat yang digunakan untuk pembangunan Masjidil Haram jatuh dan menimpa para jamaah haji. Crane raksasa itu ambruk gara-gara badai dahsyat di wilayah Mekkah dan menimpa ratusan jamaah haji yang sedang beribadah. Sebagian luka parah dan sebagian meninggal dunia. Jamaah asal Indonesia termasuk jadi korban.

Selang beberapa menit berita tersebut tersebar, banyak orang upload foto tentang kejadian itu dan hastag #prayforMecca ramai banget. Salah satunya ada foto kayak gini :
Mereka meninggal di depan Ka'bah.
Mereka kembali ke Allah SWT di hari Jumat.
Mereka meninggal saat sedang menyembah Tuhannya.
Jiwanya diberkati.
Semoga Allah SWT mengaruniakan mereka Surga yang paling tinggi. Aamiin.

Tulisan itu bikin gue nangis. Air mata netes gitu aja. Mungkin kedengarannya alay, tapi ini beneran.

Gue bisa ngebayangin perasaan keluarga korban, apalagi anak-anaknya. Korban rata-rata orang tua, pasti perasaan anak-anaknya ancur banget. Dapet kabar orang tua mereka meninggal saat sedang mendekatkan diri ke Tuhan dan jauh dari mereka.

Pikiran gue langsung terlempar ke 10 tahun yang lalu. Saat masih kelas 5 SD, kedua orang tua gue berangkat naik haji. Masih inget jelas waktu itu dini hari, sekitar jam 1, gue sama adek gue yang masih berumur 7 tahun dibangunin dari tidur. Gue yang masih kecil nurut doang dibawa tante ke depan rumah dengan mata masih ngantuk berat. Sampe depan rumah, para tetangga dan keluarga udah kumpul. Kedua orang tua gue ada disana juga, berdiri di depan orang-orang yang ada dengan memakai pakaian muslim rapi. Suasana haru. Semuanya sedih, nangis. Dinginnya pagi dan isak tangis orang-orang bikin gue segera melek dan bertanya-tanya, "ini kenapa kok pada nangis?"

Orang tua gue mengucapkan syukur, meminta maaf, dan meminta doa ke semua orang dengan sepenuh hati. Keliatan dari air matanya yang mengalir deras. Air mata bahagia karena penantian pergi ke Tanah Suci selama bertahun-tahun datang, karena kesempatan mendatangi Rumah Allah telah tiba, dan sedih harus meninggalkan duniawinya, termasuk kami, anak-anaknya.

Kemudian kedua orang tua deketin gue dan adek. Kita berdua dipeluk bergantian. Orang tua nangis sambil meluk kita. Baru kali itu gue liat bapak ibu nangis dan itu di pelukan gue sendiri.
"Doain Bapak ya nduk disana. Baik-baik ya ditinggal bapak disini." kira-kira begitu kata Bapak. Rasanya kayak ditusuk. Ada yang jatuh dari dalam hati. Kayak ada yang patah. Mencelos gitu aja. Gue cuma ngangguk. Padahal dalam hati berantakan.

Enggak bisa gue bantah lagi, gue sayang sama bapak ibu. Nggak mau jauh-jauh dari mereka. Yang biasaya gue tidur sama bapak, yang biasanya tiap malem makan masakan ibu, hal itu nggak bakal gue rasain lagi sebulan kedepan. Gue nggak pengen ditinggal mereka. Gue pengen ikut mereka kalo bisa.

Akhirnya air mata pun jatuh dari pelupuk. Nggak bisa lagi ditahan. Gue peluk kedua tubuh itu. Erat sambil terisak. Nggak mau gue lepas.

Ada rasa khawatir yang muncul seketika. Khawatir terjadi apa-apa disana. Gimana kalo bapak ibu sakit di Mekkah sana? Gimana kalo bapak ibu kecapekkan pas menjalankan ibadah haji? Gimana kalo... Ah sudahlah. Mau bagaimana pun, mereka tetap harus terbang ke Tanah Suci sebentar lagi.

Selama ditinggal naik haji, nggak pernah berhenti gue nanyain kabar orang tua. Gue selalu nyuruh tante dan nenek gue buat telpon orang tua gue disana, sekedar nanya kabar. Alhamdulillah, nggak ada hal buruk terjadi. Cuma bapak cerita kalo dia muntah berkali-kali di pesawat.
"Bapak sehat nduk. Cuma kemarin naik pesawat muntah-muntah. Lha wong liat pesawat aja udah mules."
"Bapak ndeso!" Gue ketawa. Bahagia rasanya.

Inget itu semua gue merinding ngebayangin perasaan anak-anak yang orang tuanya menjadi korban kecelakaan kemarin di Mekkah sana. Luka-luka, di rumah sakit tanpa keluarga, yang wafat, jasadnya sendirian.

Sudah berat hati ditinggal 1 bulan, ternyata harus selamanya. Tanpa pamit. Tanpa kita bisa liat kondisinya. Tanpa kita bisa cium keningnya untuk yang terakhir sebelum dikafani.

Berangkat dengan haru biru, bahagia karena bisa bertamu ke Baitullah, ternyata Allah pengen mereka menetap, tinggal disana, tinggal di sisiNya selamanya.

Mereka yang menjadi korban, dipanggil dengan cara yang hebat. Di Rumah Allah sendiri, saat sedang berzikir kepada Allah, dan di hari yang mulia. Semoga diberi ketabahan untuk anak-anak yang ditinggalkan. Khusnulkhotimah, jannah inshaallah.

11 September 2015

2

Peran Polisi dalam Mengurai Kemacetan

Jakarta tidak pernah lepas dari macet. Setiap hari, di hampir semua sudut kota pasti ada kemacetan. Padahal jalanan di Jakarta lebar-lebar, lebih lebar dari kota-kota lain. Terus kenapa dong masih macet? Human error. Yap! Yang bikin macet adalah manusianya sendiri.

by Farih Ikmaliyani

Secara umum ada 5 penyebab macet, yaitu : tidak tersedianya traffic lights,  PKL dan angkutan umum yang menggunakan badan jalan untuk kepentingannya sendiri, pengendara memutar kendaraan seenaknya, kurangnya pengetahuan tentang jalan alternatif, dan kurangnya sosialisasi.

Untuk mengatasi kemacetan, 5 masalah itu harus dihilangkan. Disinilah peran polisi lalu lintas. Gimana caranya?

1. Polisi lalu lintas harus berjaga dan mengatur kendaraan di persimpangan jalan yang tidak memiliki traffic lights. Di persimpangan tanpa traffic lights biasanya orang akan berebut untuk jalan lebih dulu. Polisi harus mengatur kendaraan mana yang harus berhenti dan mana yang jalan duluan. Tidak perlu setiap hari, cukup pada jam kerja dan weekend.

2.  Polisi lalu lintas bekerja sama dengan satpol pp harus menindak tegas para PKL dan supir angkutan umum yang secara sengaja menggunakan sebagian badan jalan untuk kepentingan sendiri (berjualan dan ngetem). Ini dilakukan agar lebar jalan tidak berkurang.

3. Polisi harus memperhatikan dan memasang pembatas jalan di sepanjang jalan yang berada di keramaian. Ini untuk menghindari pengendara yang memutar arah seenaknya. Dengan adanya polisi atau pembatas jalan yang sesuai, pengendara tidak akan memutar kendaraannya di tempat ramai.

4. Polisi harus merekomendasikan jalan alternatif. Kendaraan yang menumpuk di jalan biasanya memiliki tujuan yang sama. Polisi harus memberi arahan jalur lain menuju tempat tersebut. Jika arus kendaraan bisa dibagi ke jalur alternatif, kemacetan akan terurai.

5. Polisi harus mensosialisasikan tata tertib dan sanksi mengenai aturan-aturan berlalu lintas. Jika pengendara memahami dan menerapkan peraturan lalu lintas dengan baik, kemacetan akan terminimalisir.

5 September 2015

2

Tips Cari Kos-kosan Ala Mahasiswa Absurd

"Nyari kos" adalah kata yang sepele. Tapi prakteknya nggak sesepele itu, bro.

Kos-kosan adalah tempat bernaung dan hidup ketika kita jauh dari keluarga. Kos adalah rumah ketika kita tidak di rumah. Kos adalah rumah kedua kita. Kos adalah rumah, tapi bayar.


Milih kos-kosan nggak bisa sembarangan. Nggak bisa asal murah meriah, nggak bisa asal kamarnya luas, nggak bisa asal yang penting ada warung burjo di dalem kamarnya. Enggak bisa segampang itu.
Enggak.
Pokoknya enggak,
Aleandro.

Cari kos-kosan itu nggak gampang. Gue pernah ngerasain. Buat kalian yang baru kuliah dan lagi bingung cari kos-kosan, gue kasih tau beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat mencari kos-kosan. Here they are :

1. Tentukan harga kos yang akan kalian cari.
Tentukan range harga kos yang sekiranya sesuai sama dompet. Jangan memaksakan bayar mahal atau melebihi kemampuan. Karena tinggal di kos nggak cuma sebulan dua bulan, jadi bayarnya pun nggak cuma sekali dua kali.

2. Tetapkan fasilitas kos kayak gimana yang kalian pengen.
Tulis di daftar list, kalian pengen kos yang kayak apa. Misalnya mau kamar mandi dalam atau luar, mau yang pake AC atau enggak, mau yang atapnya pake genteng atau rumbai, dan lain sebagainya. Tapi nentuin fasilitas kos juga harus liat budget ya (point pertama). Kalau misalnya budget buat kos cuma dua ratus ribu ya jangan mimpiin punya kos-kosan yang ber-AC, nggak bakal ada dari Sabang sampai Merauke.

3. Pilihlah kos yang dekat dengan kampus.
Karena tujuan utama kalian merantau (jauh dari rumah) adalah kuliah, maka carilah kos yang dekat dengan kampus biar kalau mau kuliah gampang, nggak kejauhan. Jangan kuliah di Jogja ngekosnya di Semarang. Jangan.

4. Lihat calon kos saat siang dan malam hari.
Kalau kalian mulai suka sama kos A saat siang hari pada pandangan pertama, datengin kos A itu lagi pas malemnya. Perhatikan lingkungan kos itu kalau malem, sepi apa enggak, banyak portal ditutup apa enggak. Susah lho ya kalau ngekos di lingkungan yang jam 7 malem udah diportal. Mau makan malem aja harus jalan merayap dulu melewati portal atau loncat indah di atas portal. Apalagi kalau kalian pake kendaraan bermotor. Nggak lucu kan, dalam keadaan laper kalian harus gendong motor sambil loncat indah melewati portal?

5. Tanyakan tentang fasilitas umum yang didapatkan.
Fasilitas umum itu misalnya wifi, air, listrik, galon, dan lain-lain. Ini penting. Galon kos-kosan misalnya. Jangan sampai kejadian kayak temen gue. Galon kosan nggak pernah diisi sama penjaga kos. Hasilnya, baru kos dua minggu, mukanya udah kayak tengkorak di lab biologi. Kasian.

6. Perhatikan jumlah kamar yang ada di kos-kosan tersebut.
Jangan sekali-kali milih kosan yang kamarnya sedikit. Karena kemungkinan kos-kosan itu kosong sangat besar jika penghuninya sedikit. Gue pernah ngerasain dan kapok. Waktu itu weekend. Sabtu-Minggu libur kuliah. Waktu yang tepat untuk pulang kampung atau pun liburan ke luar kota. Itu yang dilakuin semua tetangga kosan gue. SEMUANYA, kecuali gue. Gue ada urusan, jadi weekend harus stay di kampus waktu itu. Sendirian di kos-kosan, kamar tetangga kos gelap semua, ditambah hujan angin dan sinyal internet kembang-kempis. Rasanya udah kayak lagi ijab kobul kawinan.

7. Tanyakan tentang peraturan kos.
Ini biasanya penting, apalagi untuk anak kuliah jurusan teknik yang sering pulang tengah malem. Cari tau tentang peraturan kos yang akan kalian tempati. Jangan sampai kalian ngekos di kosan yang punya peraturan 'Jam keluar masuk kos hanya sampai jam 8 malem'. Bisa-bisa kalian sering gelar kasur depan gerbang.

8. Cari tau sedikit tentang pemilik kos.
Kenali sedikit pemilik kos yang akan kalian tempati. Seenggaknya tau nama dan sifatnya, pelit apa enggak. Jangan mau ngekos di kos-kosan yang pemiliknya pelit. Yang dia pikirin cuma uang kos, uang kos, uang kos. Hobinya nagih uang kos mulu. Kayak misalnya :
"Mbak, mohon uang kosnya segera dibayar ya." kata bapak kos.
"Lho Pak, ini kan baru tanggal 17 Pak?"
"Oh iya Mbak."
#krik

9. Sayangi kamar kos kalian seperti kalian menyayangi kamar di rumah sendiri.

Sekian tips nyari kos dari gue. Silakan diterapkan. Yang lagi ribet nyari kos, semangat ya!!

Teman